Oleh: Suharyo AP (Lembaga Pelatihan The Power Of Love) Ada pernyataan menarik dari Ali bin Abi Tholib ra. Menurut Si “Gudang ilmu” ini ada bedanya antara ilmu dengan harta. Harta, jika diberikan kepada orang lain, semakin berkurang lalu habis. Sedang ilmu jika diberikan orang lain, semakin bertambah,
Ilmu tidak seperti uang, cepat pindah tangan. Ilmu, tidak seperti uang, nilainya naik turun. Ilmu beda dengan pangkat dibatasi masa jabatan. Ilmu selalu terjaga sehingga orang yang kaya ilmu akan tinggi derajatnya baik di hadapan sesama manusia maupun di hahadapan Tuhan.
Allah mengangkat orang beriman dan berilmu "satu derajat.” Semakin dalam ilmu seseorang semakin tinggi derajat orang itu. Perlakuan seperti itu belum tentu ditujukan pada pemilik harta. Ada perlakuan terhadap orang kaya ilmu dengan kaya harta. Jika kaya ilmu, orang semakin hormat. Terhadap orang kaya harta, banyak yang bertanya, “Dari mana hartanya didapat.”
Maka orang alim –kaya ilmu-- seperti guru, kyai, tengku, tuan guru, dsb berkesan di mata santri dan muridnya. Orang berilmu mengukir hati mereka. Transfer ilmu yang dilakukan tanpa kenal lelah memantulkan pengakuan sekaligus kekaguman. Dari sana ilmu menjaga pemiliknya.
Sementara terhadap harta, pemiliknya sibuk menjaganya. Beruntung orang yang rajin memberikan ilmu kepada orang lain. Mereka ‘kaya jiwa’. Dan setiap bangsa begitu menaruh hormat kepada para guru kehidupan ini.
Manisnya Madu
Sering kali teori tidak sejalan dengan praktek. Dalam banyak hal, teori tidak dijumpai dalam alam realita. Maka, jangan selalu mengandalkan teori. Orang yang terlalu bergentung pada teori, menjadikan dia mengedepankan “katanya” bukan pengalaman yang “sebenarnya.”
Pengalaman adalah guru yang paling baik. Dengan pengalaman, seseorang tidak terperosok dalam lubang yang sama dua kali. Ketika berjalan, dia tidak mendongak ke atas agar kakinya tidak terperosok kedalam jebakan kehidupan yang mematikan.
Coba dulu sebelum membeli. Prinsip ini ada baiknya juga. Mengetahui apa dan bagaimana yang sebenarnya menyebabkan seseorang lebih hati-hati dalam menentukan pilihan dan sikpa hidup. Begitu pilihan jatuh pada yang terbaik, dia tanpa ragu melaksanakannya. Pengalaman seperti ini “guru” yang baik.
Oliver Goldmith mengingatkan, kemenangan terbesar bukan karena kita tidak pernah jatuh namun karena bangkit setiap kali kita jatuh. Dengan pengalaman itu, maka lezatnya kehidupan bisa dinikmati. Pahit getirnya hidup merupakan ‘bumbu‘ penyedap bagi seseorang.
Itu yang mendorong Thomas Edison terus mencoba setelah kegagalan demi kegagalan dialaminya. “Kegagalan hanya menekan saya maju dengan pemecahan lebih banyak.” Bill Clinton mengatakan, “Tidak ada jaminan kesuksesan, namun bagi yang tidak mencobanya adalah jaminan kegagalan.”
Judul : Ilmu, Harta dan Madu
Deskripsi : Oleh: Suharyo AP (Lembaga Pelatihan The Power Of Love) Ada pernyataan menarik dari Ali bin Abi Tholib ra. Menurut Si “Gudang ilmu” ini ad...